Catatan Harian Annyeonghaseyo Minggu ke 8
Catatan Harian Annyeonghaseyo Minggu ke 8

Catatan Harian Annyeonghaseyo Minggu ke 8

Posted on

Catatan Harian Annyeonghaseyo Minggu ke 8, 23 Oktober 2025 teman-teman semua, Bapak Ibu guru hebat, dan para pembaca catatan harian saya selama mengikuti program Indonesia–Korea Teacher Exchange (IKTE) 2025 di bawah naungan GTK Dikdasmen. Alhamdulillah, hari ini saya sampai di minggu ke-8, hari ke-4, tepatnya Kamis, 23 Oktober 2025. Hari ini terasa spesial karena ada kegiatan berbeda: saya diminta mengenakan pakaian adat untuk sesi pemotretan dan pengambilan video dokumentasi sekolah.

Catatan Harian Annyeonghaseyo Minggu ke 8
Kamis Pagi Hari sebelum Berangkat ke Sekolah depan Apartemen

Saya dan Pak Chandra diminta oleh guru yang mengurus alumni untuk ikut sesi ini. Saya mengenakan baju adat Lampung, sedangkan Pak Chandra mengenakan baju adat dari Riau. Kami berangkat seperti biasa sekitar pukul 08.00 dari asrama—sekitar 500 meter dengan sedikit tanjakan—dan tiba di sekolah sebelum jam 08.30.

Karena jadwal mengajar saya dimulai dari jam ke-4, saya tidak masuk pada jam pertama. Oleh karena itu, kami langsung menuju ruang konseling (Counseling Room / Weroom) tempat pengambilan foto berlangsung. Di sini saya belajar sesuatu yang menarik: sekolah ini memiliki dua konselor profesional.

Catatan Harian Annyeonghaseyo Minggu ke 8
Weroom

Konselor pertama fokus pada bimbingan akademik dan pengembangan potensi (minat, bakat, rencana studi/karier). Konselor kedua menangani masalah sosial/perilaku seperti bullying atau kesulitan emosional siswa.

Dari total sekitar 388 siswa, dua konselor ini bekerja terstruktur: guru melaporkan masalah → konselor turun tangan → komunikasi dengan wali murid → penanganan terpadu. Menurut saya, sistemnya mirip dengan yang ada di Indonesia namun lebih cepat dan prosedural di sini—komunikasi antar pihak sekolah, konselor, dan orang tua berjalan sangat efektif.

Catatan Harian Annyeonghaseyo Minggu ke 8
Weroom

Setelah sesi foto, saya sempat berkeliling gedung tempat ruang konseling itu berada. Gedung ini punya empat lantai dengan fungsi berbeda:

  1. Lantai 1: Laboratorium IPA dan ruang seni.
  2. Lantai 2: Area bahasa — ada ruang khusus English World (tiga ruang fokus bahasa).
  3. Lantai 3: Ruang olahraga dalam ruangan (sekitar 12 x 10 meter) lengkap dengan matras dan alat olahraga untuk senam dan latihan fisik. Penggunaan ruang diatur ketat: hanya boleh dipakai bila ada jadwal praktik.
  4. Lantai 4: Perpustakaan dan ruang musik yang bersebelahan. Meskipun berdampingan, suara tidak bocor karena peredam suara dan sekat khusus. Di perpustakaan ada area baca yang tenang, ruang belajar kecil dengan TV untuk materi pembelajaran, dan fasilitas pengolahan buku—setiap buku yang dikembalikan masuk ke mesin sterilisasi dulu sebelum disimpan.
Catatan Harian Annyeonghaseyo Minggu ke 8
Lab Bahasa Inggris Lt 2
Catatan Harian Annyeonghaseyo Minggu ke 8
Ruang Hanbit Olahraga Lt 3
Catatan Harian Annyeonghaseyo Minggu ke 8
Perpustakaan Lt 3
Catatan Harian Annyeonghaseyo Minggu ke 8
Perpustakaan Lt. 3
Catatan Harian Annyeonghaseyo Minggu ke 8
Ruang Seni Lt 1

Beberapa hal yang menarik dan bisa jadi catatan praktis:

  1. Sistem konseling yang terstruktur mempercepat penanganan masalah siswa dan meminimalkan beban guru dalam menangani kasus sensitif.
  2. Pengaturan fasilitas (olahraga, musik, perpustakaan) sangat disiplin: setiap ruang punya aturan penggunaan yang jelas.
  3. Praktik sterilisasi buku dan peredaman suara ruang musik menunjukkan perhatian pada kebersihan dan kenyamanan belajar.

Hari ini memberi pengalaman berharga: dari sesi memakai baju adat sampai observasi sistem konseling dan manajemen fasilitas. Semoga catatan ini bermanfaat dan bisa jadi inspirasi—bahwa dengan pengelolaan yang rapi, sekolah bisa lebih efektif memenuhi kebutuhan siswa baik akademis maupun non-akademis.