Halo teman-teman semuanya, kembali lagi di catatan harian saya selama berada di Korea. Kali ini saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman di minggu kedua, hari ketiga.
Seperti biasa, aktivitas saya di sekolah cukup padat. Kalau di kantor, rutinitas guru di sini adalah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pembelajaran minggu berikutnya. Nah, yang menarik, di Korea ternyata semua itu sudah disiapkan jauh-jauh hari. Kurikulum, materi, bahkan rencana pembelajaran, biasanya sudah rampung sejak semester sebelumnya. Jadi saat tahun ajaran baru dimulai, guru tinggal menjalankan sesuai arahan dari pemerintah.
Kalau dipikir-pikir, sistem ini mirip juga dengan di Indonesia. Bedanya, di sini disiplin persiapannya lebih terasa. Semua sekolah mengikuti arahan pusat, meskipun tentu saja masing-masing guru tetap bisa menyesuaikan dengan kebutuhan kelasnya.
Nah, saya mau cerita sedikit tentang sekolah tempat saya belajar dan mengamati. Kebetulan sekolah ini adalah sekolah khusus laki-laki. Ada yang unik di sini: mereka punya special class yang berfokus pada olahraga. Dua cabang olahraga yang sangat populer di sekolah ini adalah hoki (Hockey ) dan Taekwondo. Bahkan bisa dibilang, kedua olahraga ini menjadi identitas kebanggaan sekolah.

Saya sempat menyaksikan momen ketika beberapa tim dari sekolah ini memenangkan sebuah kompetisi. Setelah itu, mereka dipanggil masuk ke ruang guru untuk menerima apresiasi berupa medali dan sertifikat. Menurut saya, momen sederhana itu punya makna besar. Anak-anak terlihat bangga, dan apresiasi tersebut menjadi motivasi tersendiri untuk mereka.
Dari sini saya semakin yakin bahwa apresiasi sangat penting dalam pendidikan. Di Korea, penghargaan bukan hanya untuk prestasi akademik, tapi juga non-akademik, seperti olahraga. Hal ini menjadi semacam treatment psikologis yang membuat siswa merasa dihargai. Bayangkan saja, ketika usaha mereka diapresiasi, semangat belajar mereka akan semakin tumbuh.

Saya jadi teringat bahwa di Indonesia pun kita sering menghadapi kondisi serupa. Ada anak yang prestasinya menonjol di bidang akademik, ada juga yang lebih berbakat di bidang seni atau olahraga. Kadang apa yang mereka capai memang tidak selalu berkaitan langsung dengan mata pelajaran yang kita ajarkan, tapi tetap harus kita hargai.
Nah, di sinilah peran penting guru. Kita perlu menyadari bahwa setiap anak punya bakat, minat, dan potensi yang berbeda-beda. Tugas kita bukan hanya mengajar mata pelajaran umum, tapi juga menjadi fasilitator yang mendukung tumbuhnya potensi mereka. Memberi apresiasi adalah langkah sederhana tapi bermakna, karena bisa membuat anak merasa percaya diri dan termotivasi.
Jadi, catatan penting saya di hari ketiga ini adalah:
- Apresiasi siswa sangatlah penting, baik untuk pencapaian akademik maupun non-akademik.
- Guru sebaiknya memberi pendampingan menyeluruh, bukan hanya fokus pada mata pelajaran, tapi juga membantu siswa menemukan dan mengembangkan potensinya.
- Kompetisi sehat di sekolah juga bisa menjadi sarana untuk memacu semangat mereka.
Kesimpulannya, ketika siswa merasa dihargai, mereka akan punya kebanggaan tersendiri, dan itu menjadi bekal penting dalam proses belajar mereka.
Oke, itu saja cerita saya di hari ketiga ini. Semoga bisa jadi refleksi bersama bahwa sekecil apapun apresiasi yang kita berikan, itu bisa jadi motivasi besar bagi anak-anak kita.
See you onย myย nextย story!