Halo teman-teman, kali ini aku mau cerita tentang salah satu pengalaman paling seru selama aku di Korea Educational Trip ke Busan Bersama Wolseong Middle School, tepatnya tanggal 18 Oktober 2025 kemarin. Jadi ceritanya ini bukan sekadar educational trip biasa, tapi bisa dibilang hadiah kecil atau surprise dari sekolah buat kami para guru Indonesia yang lagi ikut program Asian Pacific Teacher Exchange (APTE) — atau kalau di Indonesia dikenal dengan nama IKTE 2025.

Educational Trip ke Busan Bersama Wolseong Middle School
Daftar Isi
Semuanya berawal waktu Rabu, 15 Oktober 2025, di mana kelas kami disupervisi langsung oleh perwakilan dari Kemdikbud RI dan juga dari APCEIU Korea. Mereka datang untuk melihat bagaimana proses pembelajaran kami di kelas. Alhamdulillah, hasilnya cukup baik, dan mungkin karena itu, kepala sekolah kami Mr. Lee Sang-Myeong memberi kejutan kecil — sebuah perjalanan edukatif ke Busan!
Katanya, “Kalian mau ke mana kalau dikasih satu hari libur?”
Kami jawab spontan, “Busan, sir!”
Dan ternyata… benar-benar diwujudkan 😄
Berangkat Pagi, Penuh Semangat
Kami berangkat dari Wolseong Middle School, Gyeongju sekitar pukul 08.30 pagi. Di dalam bus, suasananya ramai tapi hangat — ada guru, beberapa siswa, dan juga beberapa orang tua. Semua terlihat antusias, apalagi karena ini bener-bener kejutan. Kami menempuh perjalanan sekitar dua jam menuju Busan, sambil sesekali ngobrol ringan, bercanda, dan menikmati pemandangan pegunungan yang khas Korea banget.

1. Arte Museum Busan — Seni, Teknologi, dan Imajinasi
Destinasi pertama kami adalah Arte Museum Busan dalam rangka kegiatan Educational Trip ke Busan ini, yang berlokasi di 29 Haeyang-ro 247beon-gil, Yeongdo-gu, Busan. Tempat ini luar biasa keren! Begitu masuk, suasananya langsung beda — gelap tapi penuh warna dan suara. Museum ini sebenarnya bukan museum konvensional, tapi lebih ke arah immersive media art, jadi seluruh ruangan jadi kanvas digital. Tema pamerannya waktu itu “Circle”, menampilkan karya seni yang memadukan cahaya, suara, dan bahkan aroma.

Bayangin aja, ada ruangan yang seluruh dindingnya berubah jadi air terjun digital (Waterfall Infinite), atau ruangan dengan pantulan cermin tanpa batas yang bikin kita merasa kayak lagi di dunia lain. Siswa-siswa keliatan takjub banget, sibuk foto-foto, tapi juga banyak yang bertanya tentang teknologi di baliknya.
Dari situ aku sadar, belajar nggak harus selalu duduk di kelas. Tempat seperti ini bisa jadi sumber inspirasi buat pembelajaran lintas bidang — seni, teknologi, bahkan bahasa.

Kalau kamu guru, aku jamin bakal banyak ide muncul setelah ke sini. Serius. 😄
2. United Nations Memorial Cemetery in Korea — Belajar Tentang Perdamaian
Setelah puas di Arte Museum, kami lanjut ke tempat yang jauh lebih tenang dan reflektif: United Nations Memorial Cemetery in Korea. Lokasinya di Nam-gu, Busan. Ini satu-satunya pemakaman resmi dari PBB di dunia, dan di sinilah dimakamkan para tentara dari berbagai negara yang gugur dalam Perang Korea.

Begitu masuk, suasananya langsung berubah — tenang, penuh penghormatan. Di sana ada Wall of Remembrance yang menampilkan nama-nama prajurit dari berbagai negara, termasuk dari Inggris, Australia, Kanada, dan banyak lagi. Kami sempat berhenti sejenak untuk mengheningkan cipta.
Rasanya… campur aduk. Ada rasa haru, rasa syukur, dan juga rasa hormat.

Aku pribadi ngerasa, momen ini penting banget buat siswa. Mereka belajar tentang nilai perdamaian, kerja sama antarnegara, dan sejarah yang selama ini mungkin cuma mereka baca dari buku. Melihat langsung seperti ini bikin mereka lebih menghargai arti “peace” dan “sacrifice”. Buat aku sendiri, ini semacam pengingat juga bahwa guru itu bukan cuma pengajar, tapi juga penanam nilai-nilai kemanusiaan.
3. Busan X The Sky — Menutup Hari di Puncak Kota
Menjelang sore, kami menuju ke destinasi terakhir: Busan X The Sky, yang ada di kawasan Haeundae. Tempat ini merupakan salah satu gedung tertinggi di Korea, dan di lantai 100-nya ada observatory dengan lantai kaca — cocok banget buat yang suka sensasi dan pemandangan spektakuler. 😆

Begitu sampai atas, pemandangan Busan dari ketinggian bener-bener bikin speechless. Laut, gedung-gedung tinggi, dan langit sore berpadu jadi satu. Beberapa siswa tampak histeris (karena lantai kacanya transparan banget!), tapi lama-lama mereka terbiasa dan mulai menikmati.
Kami foto-foto bareng, tertawa, dan menikmati udara sore.
Aku sempat bilang ke siswa,
“Kalau dari sini kita bisa lihat sejauh ini, semoga kamu juga bisa punya mimpi yang tinggi ya, sejauh mata memandang.”
Dan aku rasa, itu penutup yang pas untuk hari itu. Karena perjalanan ini bukan cuma tentang jalan-jalan, tapi tentang melihat dunia dari perspektif baru — secara harfiah dan maknawi.
Kami pulang ke Gyeongju sekitar pukul 19.30 malam, lelah tapi bahagia.
Jujur, aku ngerasa ini salah satu pengalaman paling berkesan selama di Korea. Bukan cuma karena tempatnya keren, tapi karena maknanya dalam banget. Dari tiga tempat itu, aku belajar:
- Dari Arte Museum — bahwa pembelajaran kreatif bisa lahir dari perpaduan seni dan teknologi.
- Dari UN Memorial Cemetery — bahwa kedamaian itu mahal, dan tugas guru adalah menanamkan nilai empati serta menghargai sejarah.
- Dari Busan X The Sky — bahwa kita semua harus punya visi tinggi, tapi tetap berpijak pada nilai dan kebersamaan.
Terima kasih buat Mr. Lee Sang-Myeong, seluruh guru, siswa, dan orang tua Wolseong Middle School, juga program APTE 2025 yang udah kasih pengalaman seberharga ini. Sebagai guru Indonesia yang diberi kesempatan belajar di Korea, aku ngerasa ini bukan sekadar trip, tapi bagian dari perjalanan belajar hidup itu sendiri.
Semoga cerita ini bisa jadi inspirasi juga buat teman-teman guru di Indonesia — bahwa belajar itu nggak melulu di kelas, tapi juga lewat pengalaman, perjalanan, dan kebersamaan. 🌏
