Menikmati Musim Gugur di Korea – Halo teman-teman semuanya, kembali lagi bersama saya. Hari ini adalah Selasa, 28 Oktober 2025, hari kedua di minggu ke-9 saya berada di Korea Selatan. Ada hal yang sedikit berbeda kali ini, karena… kami resmi memasuki musim gugur!
Ini adalah pengalaman pertama saya merasakan musim gugur secara langsung, jadi jujur masih agak kaget dengan perubahan cuacanya. Suhunya bisa berubah-ubah, kadang hangat di siang hari, tapi malamnya langsung drop drastis. Kalau di musim panas kemarin suhu bisa sekitar 19–20°C, sekarang bisa turun sampai 3°C bahkan minus 5°C! ❄️ Dingin banget, bro!
Makanya, setiap berangkat ke sekolah saya harus benar-benar siap. Biasanya saya pakai jaket tebal model full cover, dari leher sampai kepala. Awalnya agak aneh, tapi lama-lama terbiasa juga. Jadi buat teman-teman yang mungkin suatu saat berkesempatan ke Korea, apalagi pas musim dingin, pastikan bawa baju hangat ya. Tanpa itu, bisa menggigil kedinginan!
Menikmati Musim Gugur di Korea (Seragam)
Daftar Isi
Saya ditempatkan di Wolseong Middle School, sebuah sekolah yang muridnya khusus laki-laki. Di sini, suasana sekolahnya cukup berbeda dengan sekolah di Indonesia. Anak-anak di sekolah ini menggunakan seragam berwarna abu-abu dengan rompi, tapi di musim tertentu mereka boleh menyesuaikan. Misalnya, saat musim panas kemarin, mereka memakai kaus lengan pendek.
Sekarang, di musim gugur, mereka mulai mengenakan pakaian yang lebih tebal seperti jaket atau rompi hangat. Para gurunya juga berpakaian bebas tapi sopan. Kebanyakan memilih gaya casual dan rapi, sedangkan kepala sekolah biasanya mengenakan jas formal. Jadi suasananya tetap profesional, tapi tidak terlalu kaku.
Pembelajaran Hari Ini: Mengenal Rumah Tradisional Indonesia
Hari ini di kelas, saya mengajak siswa untuk mengenal rumah tradisional Indonesia. Materi ini saya buat agar mereka bisa belajar budaya dan arsitektur tradisional Indonesia, sekaligus membandingkannya dengan rumah tradisional Korea seperti hanok (한옥).
Saya jelaskan bahwa di Indonesia, rumah adat seperti Rumah Gadang, Joglo, Tongkonan, dan lainnya memiliki makna budaya yang mendalam. Namun sekarang, rumah-rumah tradisional itu jarang digunakan sebagai tempat tinggal dan lebih sering dipakai untuk acara adat atau wisata budaya.
Untuk membuat pembelajaran lebih menarik, saya minta anak-anak menggambar rumah tradisional Indonesia sesuai imajinasi mereka. Beberapa dari mereka menggambar dengan antusias dan menanyakan makna di balik bentuk atap atau ukiran di dinding rumah adat. Seru banget melihat antusiasme mereka terhadap budaya kita!
Tentang Karakter dan Kedisiplinan Siswa Korea
Satu hal yang saya kagumi dari anak-anak di sini adalah rasa hormat mereka kepada guru. Dari kecil, mereka sudah dibiasakan oleh orang tua untuk menghormati orang yang lebih tua dan berperilaku sopan. Jadi, di sekolah pun sikap itu terbawa — mulai dari cara mereka memberi salam, mendengarkan saat guru berbicara, sampai membantu tanpa diminta.
Selain itu, mereka juga punya etika belajar yang kuat. Walau ada yang terlihat santai di kelas, ternyata di luar sekolah mereka belajar lebih keras lagi, entah di tempat les (hagwon) atau belajar mandiri di rumah. Sistem pendidikan di sini benar-benar menanamkan disiplin, kerja keras, dan tanggung jawab.
Fokus Sekolah: Sportivitas dan Semangat Kompetisi
Sekolah tempat saya mengajar ini memang khusus untuk siswa laki-laki, jadi aspek sportivitas dan semangat kompetisi sangat ditekankan. Setiap minggu selalu ada kegiatan olahraga — mulai dari sepak bola, bola basket, sampai cabang olahraga tradisional Korea. Bahkan, sekolah ini aktif mengikuti berbagai lomba antar sekolah, dan anak-anaknya punya semangat juang yang tinggi banget.
Saya melihat bagaimana para guru di sini tidak hanya mengajarkan akademik, tapi juga membentuk karakter dan semangat kebersamaan. Mereka membimbing siswa agar tidak hanya pandai, tapi juga kuat mental dan berjiwa sportif.
Jadi, itulah sedikit cerita saya di minggu ke-9 ini. Selain menikmati keindahan musim gugur di Korea, saya juga belajar banyak tentang budaya disiplin, kerja keras, dan rasa hormat yang ditanamkan sejak dini di sekolah-sekolah di sini. Pengalaman ini benar-benar membuka wawasan saya sebagai guru dari Indonesia untuk terus belajar dan membawa nilai-nilai positif ke sekolah tempat saya mengajar nanti.
