Penerapan Attitude Integrity Knowledge di Sekolah Korea – Halo teman-teman semuanya, selamat pagi. Salam sejahtera dan sehat selalu di manapun kalian berada. Hari ini, Kamis, 25 September 2025, tepat minggu ke-4 saya berada di Wolseong Middle School. Cuacanya lumayan dingin, sejak tengah malam hujan turun terus-menerus. Bedanya dengan di Indonesia, hujan di sini biasanya tidak terlalu deras, tapi berlangsung lama, jadi seperti gerimis panjang yang tak kunjung reda.

Saya berangkat ke sekolah bersama guru-guru hebat lainnya. Ada Mr. Chandra dari Pekanbaru, Mr. Sim dari Penang, dan Mr. Kamal dari Johor.

Seperti biasa, kami berjalan dari apartemen menuju sekolah, melewati penyeberangan jalan yang sudah dijaga guru-guru. Mereka memastikan anak-anak tertib ketika menyeberang. Dari sini saya belajar, meskipun sekolah sudah bagus, anak-anak tetap butuh bimbingan agar lebih disiplin.

Penerapan Attitude Integrity Knowledge di Sekolah Korea
Pelajaran pertama yang saya dapat di sini adalah pentingnya bimbingan. Guru tetap harus hadir, bukan hanya sebagai pengajar, tapi juga pembimbing yang konsisten menuntun siswanya.

Ketika hujan, ada aturan khusus di sekolah ini. Disediakan karpet merah di pintu masuk dengan himbauan agar siswa membersihkan dan mengeringkan alas kaki sebelum masuk ruangan. Payung juga harus ditutup di area yang sudah ditentukan. Hal ini membuat lantai sekolah tetap bersih dan nyaman. Saya kagum, karena budaya tertib ini sudah tertanam kuat dalam keseharian mereka. Inilah salah satu wujud attitude yang jadi bagian dari Attitude Integrity Knowledge (AIK).

Waktu makan siang, suasana juga tertib. Semua siswa harus mengantri untuk mendapatkan makanan. Bedanya, guru mendapat sedikit privilege untuk bisa lebih dulu mengambil makanan.

Namun meski dihormati, guru tetap harus bijak menjaga sikap. Murid benar-benar menghargai posisi guru, tetapi penghargaan itu juga datang dari bagaimana guru menunjukkan integrity dalam setiap tindakan. Lagi-lagi, hal ini menjadi bagian dari Attitude Integrity Knowledge.

Yang menarik, sekolah ini sangat menekankan efisiensi waktu. Tidak ada jam kosong yang terbuang sia-sia. Kalau tidak ada kelas, guru biasanya mengerjakan laporan mingguan, menyiapkan proyek, atau menyusun arsip pembelajaran. Saya dan Mr. Chandra sering saling mengingatkan untuk mendokumentasikan kegiatan. Kolaborasi semacam ini membuat proses belajar lebih bermakna dan menggembirakan. Inilah contoh nyata bagaimana knowledge dipelihara dengan serius, salah satu kunci dalam Attitude Integrity Knowledge.
Hal lain yang membedakan sistem pendidikan di sini adalah kurikulumnya. Mereka tidak mengganti kurikulum, melainkan melakukan revisi secara berkala. Misalnya, revisi tahun 2005, 2008, lalu 2015, hingga penambahan teknologi seperti pemanfaatan AI. Tapi menariknya, tahun 2025 ini justru ada pengurangan penggunaan handphone di kelas. Alasannya sederhana: siswa sudah terlalu sering memakai HP di rumah, sehingga di sekolah mereka dibatasi agar lebih fokus pada pembelajaran tatap muka. Bahkan di SMP, semua handphone dikumpulkan oleh wali kelas sejak pagi.

Dari pengalaman sehari ini, saya belajar banyak hal. Mulai dari disiplin, penghormatan terhadap guru, hingga pengelolaan waktu yang efisien. Semua itu dirangkai dalam nilai AIK (Attitude, Integrity, Knowledge). Tiga hal ini bukan hanya jadi filosofi, tapi juga nyata terlihat dalam keseharian di sekolah.
Mudah-mudahan catatan ini bisa jadi inspirasi dan pelajaran bagi kita semua. Sampai jumpa di cerita saya berikutnya.