Pada 9 Agustus 2025, saya, Ady , mendapat kesempatan langka untuk melakukan perjalanan pertama kali ke Kota Jambi, Provinsi Jambi, yang sekaligus menjadi perjalanan pertama saya ke daerah kebun kelapa sawit (oil plantation).

Perjalanan ini tidak hanya tentang jarak yang ditempuh, tetapi juga tentang pembelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan dari setiap detik perjalanan.

Rute perjalanan kami dimulai dari Kota Metro menuju Jambi, dengan melewati tol dari Nanang ke Kramasan, Palembang. Jaraknya kurang lebih 400 km, dan perjalanan ini sudah terasa penuh tantangan di awal. Kami beristirahat sejenak untuk makan siang di sekitar Jembatan Ampera 2, Palembang. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan menuju Jambi melalui jalan nasional Palembang-Jambi. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 8 jam. Di sinilah saya belajar banyak dari Pak Didi , sopir yang sangat sabar dan fokus meskipun menghadapi kepadatan arus lalulintas yang cukup menguji.
Pukul 11 malam, kami akhirnya tiba di Kota Jambi setelah menempuh perjalanan kurang lebih 11 jam dari Kota Metro. Kami menginap di Hotel Nusa Wijaya. Setelah beristirahat, pagi harinya, tepatnya pada Kamis, kami berangkat menuju lokasi yang menjadi tujuan utama kami di Tanjung Jabung Timur.

Sebelum ke lokasi, kami menyempatkan diri menikmati sarapan pagi di Kota Jambi. Salah satu kuliner khas yang saya coba adalah lontong sayur mie, yang rasanya sangat berbeda dengan lontong sayur yang biasa saya temui di tempat lain. Rasanya memang khas dan sangat enak. Dari situ, perjalanan dilanjutkan menuju lokasi kebun kelapa sawit yang berada di Tanjung Jabung Timur.

Di sana, kami mengunjungi beberapa area perkebunan kelapa sawit yang luas, mencapai ratusan hektar. Saya sangat terkesan dengan potensi besar Jambi dalam sektor pertanian, khususnya kelapa sawit. Provinsi Jambi memiliki curah hujan yang tinggi dan keamanan yang baik, yang menjadikannya lokasi ideal bagi investasi dan pengembangan kelapa sawit. Kami juga mendapat wawasan bahwa kelapa sawit menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi warga Jambi.

Setelah meninjau lokasi kebun kelapa sawit, kami melanjutkan perjalanan ke rumah Bapak RT dan Bapak Uang untuk melihat lahan-lahan yang luas yang akan dijadikan proyek penghijauan. Lahan tersebut dulunya merupakan kawasan hutan yang terbakar akibat kemarau panjang, namun kini tumpukan kayu yang tersisa menjadi lahan yang subur dan sangat potensial untuk dijadikan tempat penghijauan.

Di tengah perjalanan, kami mengalami sedikit kendala. Motor yang kami tumpangi mendadak mogok di tengah hujan deras. Dengan cuaca yang semakin buruk, kami terpaksa berhenti dan berteduh di sebuah gubuk yang ada di tengah-tengah lahan yang luas. Saat itu, segala kelelahan dan ketegangan yang kami rasakan sedikit terhapuskan ketika Bapak Uang, salah seorang pengelola lahan, menyuguhkan hidangan singkong goreng dan secangkir kopi panas.

Momen itu benar-benar memberikan kelegaan yang luar biasa, tak hanya karena cuaca yang sedikit reda, tetapi juga karena keramahan dan perhatian yang kami terima di tengah keterbatasan tempat dan situasi yang serba tidak menentu.

Gubuk sederhana itu menjadi tempat peristirahatan sementara kami, dan saya benar-benar merasa seolah-olah semua yang kami alami dalam perjalanan ini adalah bagian dari proses yang memperkaya pengalaman hidup saya. Suasana alam yang masih asri di sekitar sana membawa banyak pemikiran tentang pentingnya menjaga lingkungan dan berjuang demi masa depan yang lebih baik.

Tidak hanya itu, perjalanan ini juga memberi saya kesempatan untuk lebih dekat dengan para tokoh penting yang menemani saya, seperti Ustadz Kustono, Ketua PDM Kota Metro, Bapak Agus Sujarwanto, anggota pleno PDM Kota Metro, dan Ustadz Ali Musyafa, Kepala SMP Muhammadiyah Ahmad Dahlan. Dari merekalah saya banyak belajar tentang kepemimpinan, pengorbanan, dan bagaimana menjadi seseorang yang bermanfaat bagi orang lain.

Perjalanan ini juga mengajarkan saya banyak hal, seperti bagaimana mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang agar perjalanan bisa berjalan lancar. Saya juga belajar tentang pentingnya negosiasi dalam setiap keputusan yang diambil dan bagaimana mewujudkan impian yang tidak pernah mudah tercapai tanpa usaha dan pengorbanan.

Namun, ada satu pelajaran yang benar-benar membekas di hati saya, yaitu ketika Ustadz Ali mengatakan, “Jadilah perintis, bukan hanya sekadar pewaris.” Kata-kata ini seperti cambuk yang memotivasi saya untuk selalu berinovasi dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, bukan sekadar mengikuti jejak yang sudah ada. Saya berharap, apa yang saya pelajari dari perjalanan ini bisa terus saya aplikasikan dalam hidup saya dan bermanfaat bagi orang-orang di sekitar saya.

Perjalanan singkat selama tiga hari dua malam ini memang penuh dengan tantangan, tapi juga sangat berharga. Bagi saya, momen-momen seperti ini adalah bagian dari proses belajar yang tak ternilai harganya. Meskipun ada kesulitan, seperti motor mogok dan cuaca hujan yang memaksa kami berteduh di bawah gubuk, saya merasa bahwa setiap tantangan memberikan pelajaran baru.

Saya merasa sangat beruntung bisa menjadi bagian dari perjalanan ini dan berharap untuk dapat terus belajar dan berkembang, seperti yang telah diajarkan oleh para tokoh hebat yang saya temui di sana.