Halo teman-teman semuanya, kembali lagi bersama saya. Kali ini masuk ke hari kelima minggu ketiga, tepatnya tanggal 19 September 2025. Seperti biasa, saya mau berbagi cerita tentang aktivitas harian saya di sini terkait dengan Suasana Sekolah Fasilitas dan Aktivitas Sehari-hari.

Pagi-pagi, saya berangkat ke sekolah dari apartemen. Jaraknya sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 600 meter, tapi jalannya menanjak. Jadi butuh sekitar 10 menit jalan kaki dengan sedikit effort karena harus mendaki. Lumayan bikin keringatan juga.
Tapi yang menarik, karena sekarang sudah mulai masuk musim gugur, udara terasa jauh lebih sejuk. Bahkan siang atau sore hari suhu sudah turun ke sekitar 20 derajat Celsius. Jadi rasanya seperti berjalan di ruangan ber-AC alami. Hawanya dingin, segar, dan menenangkan. Di daerah pegunungan seperti tempat saya ini, peralihan musim sangat terasa — angin lebih sejuk, dedaunan mulai berubah warna, dan suasana jalan menuju sekolah terasa berbeda dibandingkan musim panas kemarin.

Untuk pembelajaran hari ini, saya masih melanjutkan materi kemarin, yaitu permainan tradisional yang saya kombinasikan dengan pertanyaan-pertanyaan terkait SDGs (Sustainable Development Goals) dan sains. Konsep ini saya gunakan agar siswa tidak hanya bermain, tapi juga mengasah critical thinking mereka, sekaligus tetap mengenal nilai budaya. Anak-anak terlihat antusias, karena mereka bisa belajar sambil bergerak dan berpikir.

Saya juga mau sedikit berbagi tentang fasilitas sekolah di sini. Foto yang saya posting kemarin itu adalah ruangan gym atau aula olahraga yang sering digunakan siswa. Fasilitasnya menurut saya luar biasa.
Lantai gym dilapisi matras tebal, sehingga aman kalau siswa terjatuh saat olahraga. Dindingnya dipasang pelindung busa/gabus agar tidak keras saat terbentur, benar-benar ramah anak. Ada juga samsak besar untuk latihan, karena di sini olahraga seperti taekwondo sangat populer. Sirkulasinya bagus, ruangan luas, tidak panas, dan ada pendingin ruangan kalau dibutuhkan.
seonsaengnim Yang lebih penting lagi, anak-anak di sini dibiasakan bertanggung jawab terhadap fasilitas. Setelah menggunakan ruangan, mereka merapikan kembali semua peralatan, mematikan AC atau lampu, dan memastikan tidak ada yang terbuang percuma. Tentu, guru atau seonsaengnim (선생님) selalu mendampingi, memberi arahan, dan memastikan ruangan terkunci dengan aman setelah selesai digunakan. Jadi, budaya hemat energi dan menjaga fasilitas benar-benar ditanamkan sejak dini.

Setelah selesai di sekolah, sore harinya saya pulang bersama beberapa teman, termasuk teman-teman dari Malaysia. Kami sempat mampir ke Asian Mart untuk belanja kebutuhan. Teman saya Mr. Sim membeli moon cake, oh iya tau tidak teman-teman di Korea juga sebentar lagi juga ada perayaan Chuseok (hari raya panen dan kumpul keluarga di Korea), akan tetapi kalau saya, membeli sambal terasi. hihi

Nah, ini lucu juga. Sambal terasi di sini harganya cukup mahal, sekitar ₩5.000–6.000 (sekitar Rp60.000) per botol kecil. Cabe di Korea juga beda, jadi kalau bikin sambal sendiri agak repot. Akhirnya beli yang instan saja. Walaupun mahal, rasanya tetap jadi obat kangen kampung halaman. Setelah itu, kami pulang ke apartemen, makan malam, dan beristirahat. Begitulah aktivitas hari ini. Dari pengalaman hari ini, pelajaran yang bisa diambil adalah pentingnya menjaga fasilitas umum, membiasakan hemat energi, dan tetap membawa budaya sendiri meskipun jauh di negeri orang.

Besok sudah masuk weekend. Di Korea, akhir pekan biasanya dipakai untuk jalan-jalan bersama keluarga pada hari Sabtu, dan hari Minggu lebih banyak dipakai untuk istirahat atau persiapan sekolah di hari Senin.
Oke teman-teman, mungkin cukup sekian dulu cerita hari kelima minggu ketiga. Semoga bermanfaat dan sampai ketemu lagi di cerita berikutnya. See you!