Catatan Akhir Pekan di Gyeongju: Dari Hujan Pagi hingga Silaturahmi di Masjid
Catatan Akhir Pekan di Gyeongju: Dari Hujan Pagi hingga Silaturahmi di Masjid

Catatan Akhir Pekan di Gyeongju Dari Hujan Pagi hingga Silaturahmi di Masjid

Posted on

Hujan Pagi hingga Silaturahmi di Masjid – Annyeonghaseyo, teman-teman! Semoga semuanya sehat selalu, ya. Kali ini saya mau berbagi catatan perjalanan saya di hari ke-6 dan ke-7, tepatnya akhir pekan tanggal 13–14 September 2025. Supaya lebih ringkas, saya gabungkan jadi satu cerita saja.

Rencana Jogging yang Berubah Jadi Petualangan

Sabtu pagi di Gyeongju, awalnya saya dan Pak Chandra berencana jogging. Tapi dari malam sebelumnya hujan sudah turun, dan ternyata sampai pagi pun masih gerimis. Kami sempat ragu, tapi karena sudah terlanjur siap dengan pakaian olahraga, akhirnya kami nekat keluar juga.

Video Kantor Pos di Gyongju

Tujuan utama sebenarnya bukan sekadar jogging, tapi ingin explore Gyeongju. Seperti yang banyak orang tahu, Gyeongju adalah salah satu kota bersejarah di Korea Selatan yang penuh dengan situs kuno yang dilestarikan UNESCO. Kalau ada orang datang ke Korea, hampir selalu mereka sempatkan mampir ke sini. Jadi saya merasa beruntung bisa berada di kota ini.

Perjalanan Menuju Masjid

Karena hari-hari biasa kami sibuk di sekolah, maka akhir pekan jadi waktu terbaik untuk jalan-jalan. Kami berangkat dari penginapan menuju halte bus, dengan payung di tangan karena hujan belum benar-benar reda.

Destinasi pertama kami adalah masjid. “Kalau sudah di sini, masa nggak mampir ke masjid?” begitu kata Pak Chandra. Alhamdulillah, perjalanan dimudahkan. Dari daerah tempat kami tinggal, kami naik bus menuju pusat kota Gyeongju. Kami turun di dekat pasar tradisional Songdong Market.

Menemukan Masjid

Awalnya sempat bingung mencari masjid, karena dari jalan besar tidak terlihat papan namanya. Kami sempat kelewatan gang kecil yang menjadi jalur menuju masjid. Untungnya, kami bertemu rombongan jamaah yang kemudian menuntun kami. Akhirnya sampailah kami di Masjid Al-Kautsar.

Silaturahmi dengan Komunitas Muslim

Masjid ini ternyata menjadi pusat berkumpulnya komunitas Muslim di Gyeongju, termasuk teman-teman dari Indonesia.

Catatan Akhir Pekan di Gyeongju: Dari Hujan Pagi hingga Silaturahmi di Masjid
Bersama dengan Sir Aim

Kami disambut hangat oleh para takmir masjid, di antaranya Mas Wijaya, Mas Gunawan, Mas Aim, dan Mas Yanto. Rasanya luar biasa bisa bertemu saudara seiman di negeri orang.

Mr. Chan dengan Mr. Gun

Kami tidak hanya shalat bersama, tapi juga berbincang panjang lebar seputar kehidupan di Korea.

Diajak ke Pasar Tradisional

Setelah itu, Mas Gunawan mengajak kami jalan-jalan ke Angang Traditional Market, pasar tradisional yang berjarak sekitar 30 menit dari Songdong Market.

Di sana kami juga berkenalan dengan Mas Rinto, yang sama ramahnya.

Foto Kami Berempat Berdama Mr. Rinto

Mereka menemani kami berkeliling, memberi penjelasan, dan bahkan membantu kami memahami kehidupan lokal di Gyeongju.

Sedikit Bekal untuk Musim Gugur
Catatan Akhir Pekan di Gyeongju: Dari Hujan Pagi hingga Silaturahmi di Masjid
Perjalanan Tour Kota

Saya benar-benar merasa bersyukur. Pertemuan ini seakan jadi pengingat bahwa di mana pun kita berada, kebaikan selalu menemukan jalannya.

Catatan Akhir Pekan di Gyeongju: Dari Hujan Pagi hingga Silaturahmi di Masjid
Bersama dengan Sir Gun

Pelajaran Berharga dari Perjalanan

Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa kebaikan itu akan kembali kepada kita dengan cara yang tak terduga. Saat kita berbuat baik, suatu saat pasti akan ada orang yang membantu kita ketika kita membutuhkan. Bertemu dengan orang-orang baik seperti Mas Wijaya, Mas Gunawan, Mas Rinto, Mas Aim, Mas Yanto, dan lainnya adalah bukti nyata.

Jamuan mereka begitu tulus. Kami yang baru pertama kali datang ke kota ini merasa seperti sudah punya keluarga.

Itulah cerita akhir pekan saya di Gyeongju. Dari rencana jogging yang batal karena hujan, berubah menjadi pengalaman berharga penuh silaturahmi dan pelajaran hidup.

Semoga catatan ini bisa bermanfaat, bukan hanya sebagai cerita perjalanan, tapi juga sebagai pengingat bahwa berbuat baik itu tidak ada batasnya. Di mana pun kita berada, kebaikan akan selalu menemukan jalan kembali kepada kita. Sampai jumpa di catatan saya berikutnya. Bye bye!