Kamis, 21 Agustus 2025, menjadi hari yang sangat berkesan bagi kami para peserta Indonesia-Korea Teacher Exchange (IKTE) 2025. Hari itu merupakan awal perjalanan kami menuju Jakarta, tepatnya di Hotel Aone, untuk mengikuti rangkaian kegiatan pre-departure training yang diselenggarakan oleh Ditjen GTK PG.

Seperti yang telah ditetapkan dalam SK Dirjen Guru Tenaga Kependidikan dan Pendidikan Guru, ada 8 guru Indonesia yang berangkat dalam program ini. Kami akan ditempatkan di 4 sekolah di Korea Selatan selama kurang lebih 3 bulan, mulai 25 Agustus hingga 21 November 2025.

Sebelum berangkat dari Metro, saya sempat mampir ke sekolah tercinta, SMP Muhammadiyah Ahmad Dahlan Metro. Di sana, saya berpamitan sekaligus meminta izin kepada Kepala Sekolah dan bapak-ibu guru. Kepala Sekolah menyampaikan pesan penuh makna:
“Seorang guru harus punya niat dan semangat untuk terus belajar sepanjang hayat (long life learning).”
Pesan itu terasa sangat dalam, apalagi SMP MuAD sendiri punya visi mewujudkan peserta didik yang berakhlak mulia, unggul, dan berprestasi. Sekolah ini punya Renstra jangka panjang untuk meningkatkan kualitas pendidikan, baik melalui SDM guru maupun sarana prasarana. Maka, ketika salah satu guru dipercaya mengikuti program internasional, besar harapannya pengalaman ini bisa menjadi motivasi bagi rekan-rekan guru lainnya.

Setelah momen pamit dan bersalaman, saya pun bergegas menuju Bandara Raden Intan II bersama keluarga—orang tua, kakak, dan adik yang setia mengantar.
Di bandara, saya bertemu dengan rekan sesama peserta, Meiza Monica dari Lampung Tengah (SD Negeri 2 Fajar Asri). Kami berangkat bersama menuju Bandara Soekarno-Hatta. Sesampainya di sana, kami juga bertemu dengan Ibu Santi Mandasari dari SMP Negeri 3 Lhokseumawe, Aceh.
Kami sempat menunggu sekitar 30 menit di area bagasi. Informasi datang bahwa Pak Chandra Alvindodes dari Riau juga sudah dalam perjalanan ke bandara. Namun, ternyata beliau tiba di Terminal 3 Internasional dengan maskapai berbeda (Garuda Indonesia), sementara kami mendarat di terminal domestik. Setelah menunggu cukup lama dan agak “harap-harap cemas,” akhirnya kami memutuskan untuk menuju hotel masing-masing.
Saya bersama Meiza dan Ibu Santi naik transportasi bersama, sedangkan Pak Chandra menggunakan Grab dari terminal berbeda. Lucunya, meski berangkat terpisah, kami tiba di Hotel Aone hampir bersamaan.
Setibanya di hotel, saya sempat menikmati welcoming drink sambil menanyakan lokasi kegiatan. Rupanya, ruang pertemuan kami ada di Ruang Monas, lantai 2. Di sana kami langsung melakukan registrasi, menyerahkan berkas-berkas seperti surat tugas, biodata, presensi, SPPD, hingga bukti transportasi.
Saya mendapat kamar besama dengan Pak Chandra. Setelah istirahat sejenak, sekitar pukul 16.30 kami menerima atribut berupa jaket komunitas Angkatan kami varsity yang sudah kami pesan.

Malam harinya, pukul 19.00, kami delapan guru peserta IKTE 2025 resmi mengikuti prosesi pembukaan. Acara ini dibuka langsung oleh:
- Prof. Nunuk Suryani (Ditjen GTK)
- Bapak Temu Ismail (Sekjen GTK)
- Pak Kasiman (Direktorat Publikasi Humas)
- Ibu Anisa (Penanggung jawab program IKTE)
Serta seluruh panitia GTK PG yang sudah menyiapkan kegiatan dengan sangat baik. Setelah sambutan dan pengarahan, kami diberi informasi penting mengenai jadwal padat keesokan harinya—dimulai sejak pagi hingga malam. Hari pertama ini sungguh penuh makna.

Dari momen pamit di sekolah, perjalanan bersama teman-teman, hingga pembukaan resmi di Jakarta, semuanya terasa istimewa. Bagi saya pribadi, ini bukan hanya sekadar perjalanan tiga bulan ke luar negeri, tetapi juga sebuah amanah.

Semoga pengalaman ini bisa memberi manfaat, baik bagi diri saya, sekolah, maupun dunia pendidikan di Indonesia.