Halo teman-teman semuanya, kembali lagi bersama saya, Ady. Tajuk artikel saya kali ini ialah “Hari Kelima di Sekolah Korea Belajar, Mengamati, dan Menyapa Budaya Baru“, tentunya masih dengan berbagi cerita tentang pengalaman saya di hari kelima berada di sekolah Korea. Kalau sebelumnya saya lebih banyak observasi, ngobrol dengan mentor teacher dan co-teacher, serta memperkenalkan diri sekaligus menceritakan tentang Indonesia, maka hari ini rasanya sudah mulai lebih dalam mengenal kehidupan sekolah di sini.

Pagi tadi sebelum masuk kelas, saya sempat berbincang dengan co-teacher saya mengenai project plan yang akan saya jalankan. Proyek ini memang membutuhkan kerja sama antara murid dan guru pendamping, karena konsepnya ada pertukaran budaya antara Indonesia dan Korea. Saya merasa senang sekaligus tertantang, sebab ini akan menjadi pengalaman berharga bagi saya maupun para siswa di sini.

Nah, selain soal proyek, ada hal lain yang membuat saya cukup terkesan. Saya perhatikan lingkungan sekolah di Korea ini begitu terawat. Kalau di Indonesia, biasanya bunga atau tanaman hanya ada di taman sekolah tertentu, di sini rasanya hampir semua tempat dipenuhi tanaman yang indah dan rapi—baik di depan rumah, di halaman belakang, maupun di area sekolah.
Saya jadi berpikir, mungkin memang sudah jadi karakter orang-orang Korea untuk menyukai keindahan dan kerapian. Mereka terbiasa menjaga kebersihan, tertib, dan mematuhi aturan. Meskipun pasti ada satu dua orang yang kadang melanggar, tapi secara umum mereka tahu apa yang harus dilakukan.

Hari kelima ini juga menandai akhir pekan pertama saya di sekolah Korea. Besok Sabtu dan Minggu mereka libur, jadi sistemnya lima hari belajar penuh, lalu dua hari libur. Uniknya, selama lima hari sekolah itu benar-benar dimanfaatkan dengan maksimal. Guru-guru pun meskipun jam sekolah berakhir sesuai jadwal, banyak di antara mereka yang masih bertahan di sekolah sampai sore, bahkan ada yang pulang jam lima atau enam. Mereka tetap mengerjakan tugas tambahan di luar jam mengajar.

Saya juga penasaran dengan kurikulum di sini, jadi sempat bertanya. Ternyata, pemerintah sudah menetapkan kurikulum nasional, lalu para guru membuat rancangan pembelajaran atau lesson plan untuk satu semester penuh. Jadi sebelum semester dimulai, semua sudah siap—RPP dan perangkat lainnya sudah lengkap. Dengan begitu, saat semester berjalan, guru bisa lebih fokus pada proses pembelajaran, tidak terlalu terbebani urusan administrasi yang sering menyita waktu. Dari sini saya bisa belajar bahwa sistem yang rapi dan terstruktur akan membantu guru mengajar lebih optimal.
Kalau soal siswa, kesan saya mereka sangat cerdas dan cepat tanggap. Meski komunikasi saya terbatas karena bahasa, respon mereka terhadap penjelasan atau instruksi sangat baik. Mereka antusias, mau mencoba, dan punya rasa ingin tahu yang tinggi. Apalagi untuk urusan teknologi dan gadget, sepertinya mereka sudah sangat terbiasa.
Itulah sedikit cerita saya di hari kelima di sekolah Korea. Rasanya pengalaman ini semakin membuka mata saya tentang bagaimana pendidikan dijalankan di sini, baik dari sisi guru, siswa, maupun lingkungannya. Semoga tulisan ini bisa memberi gambaran untuk teman-teman semua. Sampai jumpa di cerita saya berikutnya!