Halo teman-teman semuanya, kali ini saya mau berbagi jurnal lagi ya, tepatnya di hari ke-4 minggu kedua. Ada hal menarik yang benar-benar membuat saya terkesan, yaitu tentang bagaimana sekolah di Korea menjaga lingkungan tetap bersih sekaligus membentuk budaya belajar yang serius bagi siswa-siswinya.

Salah satu hal penting yang seharusnya memang kita ajarkan kepada peserta didik adalah menjaga lingkungan sekolah supaya tetap bersih, rapi, nyaman, dan indah. Nah, di sini saya melihat hal itu bukan sekadar teori, tapi sudah menjadi budaya sehari-hari.

Sekolah di Korea, hampir semuanya, sangat konsisten menjaga kebersihan. Mulai dari kelas, halaman, hingga taman-taman kecil di sekitar sekolah, semuanya tertata rapi. Bunga dan pepohonan dirawat dengan baik, membuat suasana sekolah terasa hidup dan sehat. Lingkungan yang bersih ini menurut saya bukan hanya soal estetika, tapi juga bagian dari pendidikan karakter.
Selain itu, saya juga memperhatikan peran guru di sini. Guru tidak hanya fokus menyampaikan materi di kelas, tapi juga mendampingi perkembangan karakter siswa. Mereka bekerja dengan profesional. Kalau siswa memang pintar, ya dikatakan pintar. Kalau biasa-biasa saja, ya disampaikan apa adanya. Tidak ada yang dilebih-lebihkan. Penilaian yang objektif seperti ini justru membuat siswa semakin berusaha untuk berkembang.

Namun, ada catatan penting juga: hubungan antara guru dan siswa tetap dijaga dalam batas profesional. Tidak ada yang namanya kontak pribadi yang terlalu dekat, apalagi bertukar nomor atau memberi hadiah di luar aturan. Relasi mereka terbatas di sekolah, sehingga fokus utama tetap pada pembelajaran dan perkembangan karakter.
Hal lain yang menarik perhatian saya adalah budaya belajar setelah sekolah. Di sini, mayoritas siswa tidak langsung pulang setelah jam sekolah selesai. Biasanya jam pulang sekitar 16.10, lalu ada tambahan kelas (after class). Setelah itu pun mereka masih belajar lagi di hagwon (semacam bimbel/akademi belajar di luar sekolah). Bayangkan saja, banyak siswa masih belajar sampai jam 9 malam!
Bimbel ini beragam: ada yang fokus ke matematika, bahasa asing, sains, dan lain-lain. Jadi siswa bisa memilih sesuai kebutuhan atau bidang yang ingin mereka kuasai. Budaya seperti ini membuat mereka terbiasa dengan ritme belajar yang intens dan disiplin.
Kalau dibandingkan dengan kita di Indonesia, mungkin sistem tambahan belajar seperti ini belum berjalan secara menyeluruh. Padahal, jika diterapkan dengan baik, bisa membentuk kebiasaan positif. Anak-anak jadi lebih terbiasa belajar mandiri dan menambah kompetensi di luar jam sekolah.
Dari pengalaman hari ini, saya menarik beberapa poin penting:
- Lingkungan belajar yang bersih dan nyaman menjadi kunci awal pembentukan karakter siswa.
- Sarana prasarana yang terawat memberi ruang bagi siswa untuk belajar lebih fokus dan tenang.
- Keseriusan guru dan siswa tercermin dalam budaya belajar yang tidak berhenti di sekolah saja, tapi juga dilanjutkan di luar jam sekolah.

Kesimpulannya, di Korea saya melihat perpaduan antara lingkungan yang terawat, budaya belajar yang kuat, dan profesionalisme guru yang benar-benar mendukung kesuksesan siswa. Semoga catatan ini bisa jadi refleksi untuk kita semua, bahwa menjaga lingkungan dan menumbuhkan budaya belajar yang serius adalah investasi jangka panjang dalam dunia pendidikan.
See you on my next article, teman-teman semuanya!