Minggu ke 8 Mengajar di Korea – Hari ini adalah hari Rabu, hari ketiga di minggu ke-8 program saya di Korea. Seperti biasa, kegiatan belajar berjalan normal. Tapi ada beberapa hal menarik yang ingin saya catat sebagai bagian dari pengalaman pribadi selama berada di sini. Kadang memang nggak semua momen sempat saya tulis setiap hari, jadi saya berusaha konsisten menuliskannya lagi supaya tidak ada yang terlewat.

Pagi ini saya berangkat ke sekolah seperti biasa, tapi ada sedikit hal berbeda. Salah satu teman dari Malaysia, Nasri, datang berkunjung ke sekolah kami. Ia adalah teman dari Mr. Kamal, salah satu guru Malaysia yang juga mengikuti program IKTE. Nasri baru saja datang ke Gyeongju beberapa hari lalu dan ingin melihat langsung suasana sekolah tempat kami mengajar. Ia ikut bersama kami berjalan kaki menuju sekolah.
Sesampainya di sekolah, kegiatan berjalan seperti biasanya. Kami masuk ke beberapa kelas sesuai jadwal—rata-rata tiga kelas setiap hari Rabu. Tapi hari ini, saya menemukan hal kecil yang menarik perhatian: tempat sampah.
Ya, mungkin terdengar sepele, tapi dari hal sederhana seperti tempat sampah pun saya belajar banyak tentang budaya disiplin dan kepedulian lingkungan di sekolah Korea. Setiap tempat sampah di sini punya dua bagian: satu untuk sampah daur ulang seperti botol plastik dan kaleng, dan satu lagi untuk sampah non-daur ulang seperti tisu, potongan kertas, atau sisa makanan.
Uniknya, tidak semua kelas memiliki tempat sampah sendiri. Biasanya, dalam satu lantai hanya ada dua titik tempat sampah besar, diletakkan di pojok kanan dan kiri lorong. Misalnya, di lantai satu tempatnya ada di depan ruang guru. Ruang guru di sekolah ini cukup besar, tapi juga padat karena hampir semua guru punya meja kerja masing-masing di sana.

Tempat sampah di sini juga sudah dilengkapi dengan kantong plastik, jadi kalau sudah penuh tinggal diangkat dan diganti. Selain itu, di dekat ruang administrasi juga ada mesin penghancur kertas (paper shredder) yang digunakan untuk menghancurkan dokumen penting. Cukup tekan tombol, dan kertas akan langsung tercacah rapi.
Hal lain yang menarik adalah adanya billboard besar di antarara gedung sekolah. Fungsinya sebagai papan pengumuman dan apresiasi siswa. Di sana dipasang foto-foto siswa yang berprestasi, terutama dalam bidang olahraga seperti basketball, hockey, baseball, atau soccer. Semua tampil dengan rapi dan formal, menunjukkan bagaimana sekolah benar-benar menghargai pencapaian para siswanya.

Sekolah tempat saya belajar dan mengajar ini memang luar biasa. Karena semua siswanya laki-laki, suasananya energik banget. Mereka sangat aktif, terutama dalam kegiatan olahraga dan outdoor activities. Bahkan setelah makan siang pun mereka masih semangat bermain di lapangan. Fasilitas olahraganya juga lengkap: ada lapangan sepak bola, basket, hoki, lintasan lari, dan beberapa area terbuka lainnya yang luas banget.

Melihat hal-hal sederhana seperti pengelolaan sampah, kedisiplinan, dan penghargaan terhadap prestasi siswa membuat saya banyak belajar tentang budaya sekolah di Korea. Sekolah bukan hanya tempat belajar teori, tapi juga tempat membentuk karakter dan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Mungkin cukup sekian catatan saya hari ini. Semoga dari cerita kecil ini ada pelajaran yang bisa diambil—bahwa dari hal sederhana pun, kita bisa belajar banyak tentang budaya, disiplin, dan tanggung jawab.
