Halo teman-teman semuanya, annyeonghaseyo! Hari ini adalah hari ketiga di minggu ke-9, tepatnya tanggal 29 Oktober 2025. Nggak terasa banget ya, waktu berlalu begitu cepat. Dari hari ke hari, pengalaman kami di sini semakin berwarna selama mengikuti program Indonesia Korea Teacher Exchange 2025. Banyak hal baru yang kami pelajari terkait dengan pembelajaran di Korea, mulai dari budaya kerja di sekolah, kedisiplinan siswa, sampai bagaimana cara sekolah di Korea membangun komunitas belajar yang penuh kepedulian.

Pagi ini udara terasa benar-benar dingin. Saking dinginnya, saat bernafas saja sudah keluar asap putih dari mulut, hihihi… Tapi justru di balik udara yang menggigit, semangat belajar di sekolah ini selalu terasa hangat. Hari ini, saya kembali belajar banyak tentang bagaimana sistem pembelajaran di Korea mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kolaborasi di kalangan siswa.

Salah satu hal menarik yang saya lihat di sekolah ini adalah adanya mading (majalah dinding atau papan informasi) yang ditempatkan di pojok depan lobi sekolah. Di sini, mading bukan sekadar pajangan. Setiap minggu selalu ada informasi baru, baik yang bersifat umum maupun pengumuman penting untuk warga sekolah. Sebelum dipublikasikan, semua konten selalu diseleksi terlebih dahulu oleh guru dan perwakilan siswa agar layak dibaca. Ini contoh kecil tapi menunjukkan bahwa budaya literasi dan partisipasi siswa sangat dijaga dalam sistem pembelajaran di Korea.


Nah, ada juga kegiatan yang menurut saya luar biasa: bullying campaign. Jadi, para siswa membuat kampanye anti-perundungan dengan cara yang kreatif. Mereka membuat poster, menulis pesan damai, dan mengajak teman-teman lain untuk saling menghormati serta menjaga hubungan baik antar siswa. Pesan yang mereka sampaikan sederhana tapi kuat — let’s love and respect each other.

Sebagai guru, saya merasa kegiatan seperti ini bisa banget kita terapkan di sekolah kita di Indonesia. Dalam pengalaman guru Indonesia di Korea ini, saya belajar bahwa mencegah kekerasan atau perundungan di sekolah bukan hanya tugas guru bimbingan konseling, tapi seluruh warga sekolah harus terlibat. Di sini, setiap guru mendampingi siswa, bahkan ikut turun langsung saat kampanye berlangsung. Saya melihat beberapa guru berdiri di sekitar lapangan sambil memberikan dukungan dan motivasi kepada siswa yang tampil.

Saya jadi berpikir, ketika nanti pulang ke Indonesia, mungkin kita bisa membuat student peace agent atau agen perdamaian di sekolah. Mereka bisa menjadi jembatan dalam menyelesaikan masalah kecil antar teman dan membantu menciptakan lingkungan yang lebih positif. Inspirasi ini saya dapat langsung dari pembelajaran di Korea, di mana siswa dilatih untuk berempati dan menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar penonton.

Selain itu, hari ini saya juga mendapat kesempatan untuk memberikan materi kepada siswa di kelas, mengenalkan budaya Indonesia melalui Indonesian traditional house. Anak-anak Korea terlihat antusias saat saya menjelaskan makna filosofis di design rumah tersebut, dan bahkan mereka mencoba menggambar rumah traditional Indonesia. Dari sinilah saya melihat bagaimana pertukaran budaya benar-benar hidup dalam program Indonesia Korea Teacher Exchange 2025 — saling belajar, saling menghargai, dan saling memahami.
Dilanjutkan aktifitas sore hari diluar agenda sekolah, pada sore sampai dengan malam hari setelah pulang sekolah kami mendapatkan undangan dari owner apartmen kami, pemilih apt kami untuk menghadiri APEC Festifal Dron, dan Firework di Kota Pohang. Sungguh luar biasa sekali acara nya, karena mungkin saya belum pernah melihat seperti ini ya, ya mungkin kagum saja keren banget, melihat pertunjukan dron selama 15 menit, dan dilanjutkan dengan pertunjukan kembang api disana.

Menurut saya, inilah esensi sejati dari program pertukaran ini. Tidak hanya berbagi ilmu, tapi juga berbagi nilai-nilai kemanusiaan dan kolaborasi. Dari setiap kegiatan kecil di sekolah, saya semakin yakin bahwa pengalaman guru Indonesia di Korea bukan sekadar perjalanan profesional, tapi juga perjalanan hati yang membuka mata tentang pentingnya kasih, disiplin, dan rasa hormat dalam dunia pendidikan.
